Monday, November 25, 2013

"Toloooong!!!"

Bismillahirrohmanirrohim..

Siang tadi, setelah melaksanakan sholat zhuhur di mushollah salah satu instansi pemerintahan. Saya mendengar seorang pegawai memberi "kuliah" kepada rekannya tentang ciri-ciri atasan dan pemimpin yang baik. Dia mengatakan bahwa bahwa diantara ciri pemimpin yang baik adalah menghargai bawahannya, tidak segan menggunakan kata "tolong" ketika menyuruh bawahannya. Mendapat kata "minta tolong" sebelum disuruh -kata pegawai itu- lebih dia senangi ketimbang di beri uang tapi disuruh dengan cara kurang sopan.

Kata "tolong" meskipun ringkas dan kelihatan sepele tapi ternyata memberikan pengaruh yang besar terhadap kejiwaan orang yang kita suruh atau kita perintah.
Saya beri satu contoh ya, misalnya kita sedang berjalan-jalan di dekat gang yang agak sunyi dan tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang menyeru kepada kita: Hei kamu, segera kesini!! Hadapi orang ini!! (Ceritanya bapak ini sedang digebuki oleh seorang preman).. Apa tindakan kita? Ya mungkin saja kita segera menolong karena kasihan, tapi mungkin juga tidak (ini bagi orang yang kurang perasaan iba dan kasih sayang dalam hatinya).. Bandingkan jika sang bapak yang digebuki tadi berteriak: "Toloooong!!" Kemungkinan besar kita sebagai senimanbeladiri akan segera bertindak menyelamatkan bapak tadi, atau paling tidak meminta bantuan lain untuk menolong bapak tersebut.
Dengan menggunakan kata "tolong" sebelum memberi perintah, orang yang kita mintai tolong akan merasa lebih dihargai dan dihormati sehingga dia pun akan melaksanakan apa yang kita perintahkan dengan perasaan lapang dan senang. Jadi, walaupun sepele jangan anggap remeh penggunaan kata yang satu ini..

Kalau artikel ini dirasa bermanfaat tolong di-share ya.. Hehe

Saturday, November 23, 2013

Beladiri dan Mata Sang Buah Hati

Tidak perlu mengadakan sensus dan tidak perlu mengundang lembaga survei, mungkin lebih dari  70% senimanbeladiri yang ada di planet bumi jika ditanya: Apa tujuannya belajar beladiri? Maka mereka akan menjawab, bahwa diantara tujuannya adalah untuk menjaga dan melindungi keluarganya..
Lalu kira-kira apa yang terbayang di benak anda, jika ada orang berlatih beladiri tapi malah membahayakan kesehatan anaknya, bahkan bisa membutakan mata anaknya sehingga menyebabkannya cacat seumur hidup dan tidak bisa lagi menikmati keindahan panorama dunia??
Ya, buta gara-gara bapak-nya lalai dalam latihan beladiri..
Kejadian mengerikan itu hampir saja menimpa saya ketika berlatih bersama beberapa teman sekitar sebulan yang lalu. Di akhir sesi latihan grappling di ruang tamu rumahku (saya memang kebanyakan berlatih di ruang tamu berhubung peserta yang aktif latihan jumlahnya bisa dihitung jari) saya mengajak seorang partner latihan saya untuk sparring, menguji pencapaian kami dalam latihan grappling beberapa bulan terakhir ini. Setelah beberapa menit berlalu, tiba-tiba anakku Nabilah (usia 3 tahun) berlari dari arah dalam rumah menuju ke ruang tamu dan menabrak kaki kawan saya. Nabilah lalu terjatuh ke depan sehingga menabrak sudut meja yang agak tajam. Sparring langsung saya hentikan, saya segera mengambil Nabilah yang meraung-raung kesakitan sambil memegang matanya. Segera saya panggil keluarga yang berprofesi sebagai perawat untuk melihat mata buah hatiku. Karena, tangisannya semakin menjadi-jadi saya lalu mengangkat anak seberat sekitar 20 kilo tersebut ke kamar mama-ku untuk diperiksa lebih lanjut (Alhamdulillah karna mama saya juga orang kesehatan). Setelah diperiksa beberapa saat barulah perasaan seperti kejatuhan atap tersebut hilang dari dada saya, Alhamdulillah tidak terjadi apa2 pada mata Nabilah sang anak yang lucu -sebagaimana dia pernah mendefinisikan tentang dirinya-. Setelah itu barulah saya kembali menemui teman-teman yang masih menunggu dengan cemas di tempat latihan.

Cukuplah kejadian yang mendebarkan ini menjadi pelajaran bagi saya untuk berhati-hati ketika latihan beladiri, bukan hanya teman latihan, orang di sekitar tempat latihanpun bisa terkena dampaknya jika kita sembrono dalam latihan. Usahakan daerah latihan kita steril dari anak-anak atau siapapun yang bisa terkena bahaya. Atau kalaupun tidak bisa dihindarkan (kebetulan anak saya Nabilah-pun memang sering ikut latihan bersama kami) maka hendaknya anak tersebut di jaga, di beri perhatian ekstra ketika kita melakukan gerakan yang berat untuk di kontrol contohnya ketika sparring (seperti kejadian di atas) atau ketika latihan beban yang menggunakan gerakan yang cenderung "liar" seperti ketika melakukan kettlebell swing (mungkin kita tidak bisa membayangkan besarnya kehancuran yang ditimbulkan ketika kita mengayun kettlebell seberat 16 kg dan anak kita tiba-tiba lewat di depan kita).

Mudah-mudahan pengalaman saya ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.. Barokallohu fiikum